Pesawat Tabrak Motor, Dua Tewas

4/25/2010
TANGERANG - Pesawat latih jenis Tobago 10 dengan register PK-AGU milik Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Kabupaten Tangerang, menabrak sepeda motor saat hendak landing (mendarat) di Bandar Udara Budiarto tepatnya pada Runway 30, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Senin (19/4) pagi.


Akibat tabrakan tersebut, dua pengendara sepeda motor yaitu Yopi Hermawan (16) siswa kelas I SMK Bhakti Anindya kampus LEPISI dan Azzumar (23), warga Kampung Rau Timur, Kelurahan Cimuncang, Kota Serang, tewas. Keduanya tewas di lokasi kejadian dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang untuk keperluan otopsi.
Sementara instruktur pilot Teja Ariputra (23) dan siswa Sephazka Abidillah (19) hingga pukul 22.00 WIB dalam keadaan kritis dan masih dirawat di Siloam Hospital, Karawaci. Kedua korban kritis itu menjalani operasi di lantai III karena mengalami luka di bagian kepala dan kaki akibat benturan. Sementara kondisi badan pesawat rusak parah, bahkan beberapa bagian pesawat terhempas keluar dari jalur runway.
Ketua STPI Curug, Darwis Amin menyatakan kecelakaan itu terjadi sekira pukul 08.30 WIB. “Pada saat pesawat latih buatan Perancis tahun 2003 itu hendak take off lagi setelah landing, sayap bagian kiri menyambar pengendara sepeda motor yang sedang melintas di runway, “ kata Darwis.
Akibat tabrakan itu, kata Darwin, pengendara sepeda motor Honda Vario dengan nomor polisi B 3924 MDQ yang dikendarai Yopi Hermawan dan Azzumar terpental dari jalur runway ke rumput. “Pesawat dengan kecepatan 300 kilometer per jam dengan instruktur Teja Ariputra dan siswa Sephazka Abidillah yang membawa pesawat menjadi kehilangan kendali hingga terguling-guling sekitar 100 meter. Pesawat ini juga sempat keluar dari jalur runway setelah terbalik,” ujar Darwis.
Yopi dan Azzumar yang ditabrak itu langsung tewas di lokasi kejadian karena mengalami luka di bagian kepala. Sedangkan instruktur dan siswa yang sedang belajar membawa pesawat mengalami luka cukup serius karena sempat terhimpit oleh badan pesawat yang mereka tumpangi.
Darwis mengatakan, STPI Curug sudah lama mengeluhkan banyak warga dan pengendara sepeda motor yang lalu lalang di areal runway. “Kami sudah minta pengelola Bandar Udara Budiarto untuk menertibkan karena area bandara merupakan wilayah terbatas yang tidak mudah dimasuki oleh manusia maupun hewan. Hal ini diatur dalam Undang Undang tentang Penerbangan,” keluh Darwin.
Kata dia, insiden yang memakan korban jiwa itu pihak yang paling bertanggung jawab adalah pengelola bandara karena STPI hanya sebagai pengguna fasilitas. Di kawasan bandara ini tidak hanya digunakan oleh STPI tapi sejumlah instansi terkait seperti Nusa Flying School, Fly Training, dan Badan Kalibrasi Penerbangan.
Lebih lanjut Darwis menjelaskan, instruktur pilot Teja Ariputra adalah alumni angkatan 59. Warga Taman Aster Blok BG I Nomor 2, Cipondoh, Kota Tangerang, ini memang ditugaskan untuk melatih siswa untuk membawa pesawat karena beberapa persyaratan instruktur telah dipenuhi. Sementara, Sephazka Abidillah adalah siswa semester III jurusan penerbang. Warga Blok B No 9, Graha Parung, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat. “Selama perawatan mereka di rumah sakit sudah ditanggung oleh semua oleh asuransi,” tandasnya.
Kapten Toos dan Sulaiman Dayan Asmana, petugas investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang ditemui di lokasi kejadian menyatakan bahwa pihaknya tengah mengumpulkan data untuk mengetahui secara jelas penyebab kecelakaan yang merenggut dua nywa itu. “Kami masih mengumpulkan data kenapa sampai bisa kendaraan masuk ke jalur runway, “ujarnya.
Hal senada diungkapkan Sulaiman. Setelah mengumpulkan data lalu membuat kesimpulan untuk mengusulkan dari berbagai aspek penyebab kecelakaan. Pihak KNKT memang kerap mendengar warga masuk ke areal runway. Pihak pengelola sudah beberapa kali menutup tembok jalur masuk warga ke runway tersebut tapi dirusak lagi.
Kata Sulaiman, secara teknis baik mesin pesawat maupun cuaca sangat mendukung untuk melakukan penerbangan. “Ini murni kecelakaan akibat gangguan landasan dan sebab kelalaian keamanan pengelola bandara,” terangnya.
Menyikapi hal tersebut Kepala Bandara Budiarto, Agus Santosa saat dikonfirmasi di kantornya tidak ada di tempat. “Bapak tidak ada di tempat karena sedang rapat bersama STPI membahas kejadian di runway,” ujar seorang staf perempuan di depan kantor Agus Santoso.
Sementara itu, Wakil Direktur RS Siloam Hospital, dr Mangantar Marpaung membenarkan ada dua pasien yang masuk dari STPI. “Saat tiba di sini kondisi pasien tersebut dalam kondisi tidak sadar karena mengalami luka di bagian kepala dan kaki,” tegas Mangantar.
Karena lukanya dinilai cukup serius, kedua pasien itu harus segera dioperasi. “Sampai saat ini kondisi pasien belum normal mungkin karena trauma akibat kejadian tersebut,” ujar Mangantar yang juga sebagai pengurus pusat Partai Damai Sejahtra ini.
Kemarin, pesawat latih jenis Tobago 10 dengan register PK-AGU sudah ditarik ke hanggar dalam kondisi rusak. Kerusakan yang paling parah terlihat paling depan persisnya di bagian mesin. Mesin dan badan pesawat telah terpisah. Sedangkan tempat duduk instruktur dan siswa sudah dalam keadaan penyok.(mg-07/jpnn)

Sumber : http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=54325

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »